Kamis, 22 April 2010

Estetika Gereja Kelahiran Santa Perawan Maria Paska Bom

 Batu bata menempel di tembok disusun telanjang tanpa lapisan semen. Atap-atapnya membentuk kubah disertai pilar-pilar tinggi Jika dilihat dari atas, bangunan tersebut berbentuk salib. Dari luar , wujud bangunan gereja tersebut tampak sangat artistic, gaya gothic yaitu, gaya aritektur Eropa dengan ciri khas ruang berbentuk busur, kolom dan kuda-kudanya menjadi satu. Gereja Kelahiran Santa Perawan Maria namanya.


Memasuki gedung yang terbuat dari batu bata sebagai komponen strukturnya itu, semua properti yang terbuat dari kayu berasal dari kayu jati. Gedung yang awalnya dibangun oleh dua misionaris dari Belanda, pastor Hendricus Waanders dan Phillipus Wedding, pada 12 Juli 1810 itu terdapat juga tiga ruangan khusus. satu ruangan buat Imam atau Romo ganti saat perayaan misa, satu lagi buat Misdinar( putra putrid altar yang membantu romo saat perayaan misa), dan yang terakhir ruang pengakuan dosa.


Selain itu bangunan yang beralamat di pojok Jl. Kepanjen tersebut juga terdapat ruangan khusus yang dulunya dipakai koor yang letaknya diatas, untuk menuju keatas ada sebuah tanga yang terbuat dari besi berbentuk lingkaran. Sayan pintu akses masuk area itu mulai rusak.


Di sekeliling bangunan altar beribadah, tampak gambar-gambar khas terukir di sebuah kaca (glass-load) yang mendominasi. Bukan sekedar gambar, tapi gambar-gambar itu berisi cerita. Menurut staf secretariat gereja, Freddy Sidarta, semula ornament kaca itu polos. Pada 1960, Pastor Bastianse mengganti ornament kaca polos dengan yang berukir setelah peristiwa bom yang membuat Keindahan ukiran-ukiran kaca yang pernah menghiasi dinding tidak ada lagi. Pengukir kaca itu adalah Bruder Coenraad, Ir Ang Khoen Ie, dan Muljono Wirjosastro, sedangkan yang mewarnai adalah Ny Dr Kho Hong Germ. Menurut Freddy, ukira di kaca itu memang ciri yang membedakan dari bangunan gereja lain di Surabaya.


Di depan pintu utama, persisnya di sebuah taman, dipasang spanduk yang menceritakan sejarah singkat gereja, di antaranya disebutkan bahwa pembangunan dilakukan pada 4 April 1899. Arsiteknya adalah W. Westmaas. Di spanduk besar itu juga ditampilkan beberapa foto gereja pada masa lalu. Di sebelah Gereja itu dilengkapi dengan museum mini. Letaknya di gedung secretariat. Di sebut mini karena luansya tidak lebih dari 2 x 2 meter. Meski demikian, berbagai barang kuno yang dulu menjadi properti gereja banyak disimpan di meseum kaca berbentuk setengah lingkaran. Jumlahnya mencapai puluhan. Di antara sejumlah benda koleksi, ada tiga benda yang tergolong sangat tua. Yang kini sisa batu bata pendirian gereja pada 1899 yang diekspor langsung dari Eropa dengan kapal, kitab suci berbahasa Latin keluaran 1929, serta protolan bangku jemaat sebelum perang kemerdekaan. Beberapa barang yang tersisa saat gereja terbakar pada November 1945 juga ada.


Dalam salah satu foto dokumentasi yang terpapar di salah satu ruas museum terlihat jelas bahwa, bom yang menghantam gereja pada tahun 1945 membuat tempat beribadah tersebut kehilangan atap, kemegahan gereja yang dulu bernama Onze Lieve Vrouw Geboorte Kerk dan akhirnya berubah nama menjadi gereja Kelahiran Santa Perawan Maria itu hancur. Sapuan si jago merah juga menghanguskan beberapa peralatan serta perlengkapan gereja. Foto-foto lama tersebut juga bisa dinikmati di museum. Selain museum dibagian belakan gereja dilengkapi dengan Gua Maria tempat umat mengadakan novena. Kemegahan dan keaslihan gedung tetap terjaga walaupun sudah dua kali direnovasi pasca bom dan kerusakan karena termakan usia.


Kini, bangunan itu sudah berusia 110 tahun dan belum lama ini dinobatkan menjadi cagar budaya karena masuk dalam ketentuan ONESCO. Ketentuanya yaitu bangunannya sudah berdiri 50 tahun, merupakan Urban living yaitu bangunan lama yang masih digunakan untuk aktivitas masa kini dan menyimpan nilai sejarah kuat serta dilengkapi dokumen kepemilikan. Rroses seleksinya berdasarkan ketentuan UNESCO Asia-Pasific Heritage Awards for Culture Heritage Conservation 2010 di Bangkok.