Senin, 23 Mei 2011

Viva Timor-Leste: Pahlawanku, Jasa Dan PengorbananMu Tidak Kami Lupa, Tetap Selalu Kami Kenang


Hanya ini yang bisa kami lakukan, kami, mahasiswa Timor-Leste yang saat ini tinggal di Surabaya, di bawah naungan Uniaon dos Estudantes de Timor-Leste(Unestil) yaitu, sebuah organisasi Timor-Leste yang menanggani seluruh mahasiswa yang kuliah di Surabaya mengadakan berbagai kegiatan seperti, olahraga futsal cewok dan cewek, seminar, dan acara seni budaya pada malam puncak hari restorasi kemerdekaan Timor-Leste, yang jatuh pada 20 Mei kemarin, di Surabaya Convention Hall (20/5).


Itu merupakan bentuk apresiasi kami kepada bangsa dan Negara. Mungkin ini tidak sebanding dengan apa yang telah kalian lakukan. Mengorbankan segalahnya; nyawa dan keluarga.


Seperti slogan lama yang masih terlintas dibenakku , “Mate Ka Moris Ukun Rasik Aan; hidup atau mati merdeka sendiri”, yang sering diteriakan ketika demo terhadap pemerintah indonesia. Kejadian Santa Cruz pada 12 November 1991, misalnya.


Waktu itu, sekumpulan massa yang kebanyakan terdiri dari kalangan mahasiswa berarak-arakan di sepanjang jalan meneriakan slogan itu, mengelar spanduk bertuliskan penentukan nasib sendiri dan kemerdekaan, serta menampilkan gambar Xanana Gusamaun, mantan presiden pertama Timor-Leste dan sekarang menjadi Perdana Menteri Timor-Leste.


Aku hanya bisa mengintip dari kejauhan lewat jendela kamarku aksi nekat itu, sebab pemerintahanku yang sangat otoriter waktu itu, membuat semua orang takut, apalagi mengkritik. Tidak seorangpun yang berani, baik dari jajaran pemerintahan maupun warga sipil. Tetapi mereka sangat berani.


Pintu jendela kembali ku tutup rapat, kata bapakku tidak boleh mengintip terlalu lama takut ketahunan Intel Indonesia. Katanya, berbahaya jika mereka melihat. Tidak segan-segan kamu dan keluargamu dihabisi.


Aku terdiam sebentar, membayangkan bagaimana nasib para demonstran itu. Keselamatan diri dan keluarganya akan sangat terangcam. Itu tidak menjadi masalah, demi satu misi memperjuangkan nasib bangsa dan negara kita. Aku salut atas keberanian itu, ketika mereka menyuarakan kematian temannya, Sebastiaon Gomes yang ditembak pasukan Indonesia.


Kubuka lagi jendela kamarku, mengintip arak-arakan itu hingga memasuki kuburan, tidak berselang lama, terdengan bunyi tembakan. Suara arak-arakanpun spontan berhenti oleh tembakan para pasukan Indonesia, berubah menjadi suara jeritan. Jeritan akan melihat temanya tertembak, luka dan terluka. Mereka sangat histeris.


Histeris tangisan itu pecah hingga ketempatku, penduduk yang tinggal dekat disekitarnya yang berani menghampiri tempat dan segera memberikan bantukan. Sedangkan yang tidak bernalih, hanya bisa berdiam di rumah, menyaksikan dari jauh.


Dalam insiden itu ditemukan 271 tewas, 382 terluka dan 250 orang yang hilang entah dibawah kemana. Kejadian itu juga menewaskan seorang pelajar ilmu politik dan aktivis HAM berbasis di Australia, warga Selandia Baru, Kamal Bamadhaj.


Insiden itu meninggalkan duka yang mendalam bagi rakyat Timor-Leste dan bagi Keluarga.Begitu juga dengan pemilihan jajak pendapat, sekaligus menentukan nasib kami (masyarakat Timor-Leste) yang diumumkan pada 4 September itu, menyisakan duka mendalam. Memporakporandakan segalanya: manusia dan kehidupannya, rumah atau gedung dan semua isinya.


Semuanya dihancurkan. Hampir tidak ada bekas. Kubu Indonesia yang menolak kemerdekaan, meluapkan kemarahan dengan membakar rumah warga, gedung pemerintah, toko-toko besar, dan membunuh warga yang dicurigai terlibat dalam proses kemerdekaan bahkan masyarakat kecil yang sekalipun tidak tahu sama sekali duduk perkarapun menjadi korban.


Hidup atau mati asalkan merdeka. Itu benar-benar kalian buktikan para pahlawanku. Kalian tidak menikmati kemerdekaan ini. Kami, orang-orang yang tidak berjasa untuk kemerdekaan ini, tinggal menikmati hasil perjugangan dan pengorbananmu, pahlawanku. Pengorbananmu kami hargai. Sekarang, buah-buah hasil kemerdekaan itu sudah kami nikmati selama sembilan tahun, terhitung dari ditetapkanya hari restorasi kemerdekaan Timor-Leste pada 20 Mei 2002.


Selamat jalan para pahlawanku. Pengorbananamu untuk kemerdekaan ini kami hargai, tak akan terlupakan. Akan selalu kami kenang.


VIVA RESTORASAON INDEPENDENSIA DE TIMOR-LESTE!!!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar